Spread the love

Alasan Penulisan Ulang Sejarah

Pemerintah Indonesia saat ini tengah menginisiasi proyek dengan penulisan ulang sejarah nasional. Merombak Narasi Bangsa Langkah ini dilakukan menjelang HUT ke-80 Kemerdekaan RI pada 2025. Tujuan utamanya adalah membentuk narasi sejarah dari sudut pandang Indonesia, bukan warisan kolonial. Banyak buku sejarah lama dinilai masih mengandung bias Barat.

Dalam proyek ini, pemerintah tidak lupa untuk melibatkan lebih dari 100 sejarawan dari berbagai universitas. Mereka bertugas menyusun sejarah secara kronologis, dari masa prasejarah hingga era pemerintahan saat ini. Penulisan ulang ini sangat diharapkan untuk dapat memberi pemahaman yang lebih dalam dan jujur tentang perjalanan bangsa. Selain itu, narasi baru ini diharapkan bisa memperkuat rasa kebangsaan di kalangan generasi muda.

Reaksi Masyarakat dan Potensi Kontroversi Merombak Narasi Bangsa

Meski bertujuan baik, proyek ini memicu perdebatan. Banyak kalangan mendukungnya sebagai bentuk koreksi atas narasi sejarah lama. Namun, sebagian lainnya merasa khawatir. Mereka takut fakta-fakta kelam dalam sejarah akan dihapus atau dimanipulasi.

Peristiwa seperti tragedi 1965, konflik HAM, dan masa Orde Baru menjadi sorotan. Beberapa tokoh yang kontroversial disebut-sebut akan dimuliakan dalam versi sejarah baru. Kritik juga diarahkan pada minimnya partisipasi publik dalam proses penulisan. Oleh karena itu, transparansi menjadi hal yang sangat penting agar kepercayaan masyarakat tetap terjaga.
BACA JUGA TENTANG : Berita Sejarah Teraktual: Misteri Kota Kuno yang Akhirnya Terungkap

Merombak Narasi Bangsa Sejarah yang Lebih Inklusif untuk Generasi Baru

Pemerintah menegaskan bahwa proyek ini bukan untuk menggantikan sejarah resmi, tapi untuk melengkapinya. Buku-buku baru akan dijadikan bahan tambahan di sekolah. Bahasa yang digunakan akan lebih mudah dipahami dan dilengkapi dengan ilustrasi menarik. Tujuannya adalah agar pelajar tidak hanya membaca, tapi juga memahami dan mencintai sejarah bangsanya.

Pendekatan yang digunakan bersifat multidisipliner. Berbagai segala perspektif dilibatkan termasuk dari budaya, sosial, dan ekonomi. Ini dilakukan agar sejarah tidak hanya bicara soal perang atau kekuasaan, tapi juga tentang masyarakat dan kehidupan sehari-hari di masa lalu.

Tantangan Menjaga Objektivitas

Menulis ulang sejarah bukanlah tugas mudah. Tantangan utamanya adalah menjaga objektivitas dan keakuratan data. Sejarah bukan fiksi. Ia harus ditulis berdasarkan dokumen, arsip, dan kesaksian yang bisa diverifikasi. Jika tidak, penulisan ulang bisa menjadi alat propaganda.

Pemerintah harus melibatkan institusi akademik, arsip nasional, dan juga komunitas sejarah. Keterlibatan publik juga penting agar sejarah benar-benar mewakili suara masyarakat luas. Proses ini harus diawasi secara terbuka dan profesional.

Kesimpulan

Penulisan ulang sejarah nasional adalah langkah besar dalam membentuk identitas bangsa yang lebih kuat. Jika dilakukan secara terbuka dan ilmiah, hasilnya bisa menjadi rujukan penting bagi generasi mendatang. Narasi baru ini dapat diharapkan bukan hanya memperbaiki kesalahan lama, tetapi juga menambah pemahaman masyarakat tentang jati diri bangsanya.

Sejarah bukan sekadar masa lalu. Ia adalah dasar kita membangun masa depan. Dengan narasi ini yang lebih jujur, adil, dan inklusif, bangsa Indonesia bisa melangkah lebih percaya diri ke arah yang lebih baik. DIKUTIP DARI : kompas.com